• 04/25/2024
mikephilipsforcongress.com

Pertimbangan Mendalam dalam Transfer Teknologi Pertanian Padi dari China ke Indonesia

mikephilipsforcongress.com – Dalam pertemuan ke-4 High-Level Dialogue and Cooperation Mechanism (HDCM) antara Indonesia dan China, Luhut Binsar Pandjaitan, mewakili Indonesia, meminta secara langsung kepada Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, agar terjadi transfer teknologi di sektor pembibitan padi. Tujuan dari permintaan ini adalah untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor beras dan mencapai swasembada beras.

Respons Pengamat Pertanian terhadap Transfer Teknologi

Khudori, seorang pengamat pertanian, menyatakan bahwa mempelajari dan mengadopsi teknologi pembibitan padi dari China adalah langkah yang patut dipertimbangkan. Namun, ia mengingatkan bahwa pengenalan sistem pertanian baru, termasuk benih dari luar negeri, tidak selalu dapat langsung diterapkan tanpa proses adaptasi yang memadai. Faktor-faktor seperti iklim, karakter tanah, dan serangan hama dan penyakit lokal perlu dipertimbangkan serius.

Tantangan Adaptasi dan Keterlibatan Ahli Lokal

Proses adaptasi teknologi pertanian baru bisa memakan waktu dan tidak selalu menjamin keberhasilan. Khudori menekankan pentingnya keterlibatan ahli lokal dalam proses adaptasi ini untuk meningkatkan peluang keberhasilan dan mengurangi risiko kegagalan.

Faktor Iklim dan Budidaya Berbeda antara Indonesia dan China

Perbedaan kondisi geografis dan iklim antara Indonesia, yang memiliki dua musim, dengan China, yang memiliki empat musim, juga dapat mempengaruhi hasil budidaya benih padi yang diperkenalkan. Pengamat menyarankan agar para pembuat kebijakan menyadari hal ini sebelum menerapkan teknologi pertanian dari China di Indonesia.

Catatan Historis dan Pengalaman dengan Benih Hibrida China

Khudori mengingatkan bahwa pada tahun 2007, Wakil Presiden Jusuf Kalla telah mengunjungi China dan tertarik dengan benih hibrida dari sana, yang dikenal memiliki produktivitas tinggi. Namun, pengalaman dengan benih hibrida China yang kemudian diimpor ke Indonesia menunjukkan hasil yang kurang menggembirakan, dimana terdapat kasus penyakit pada tanaman padi yang ditanam oleh petani lokal.

Produktivitas Padi dan Perbandingan dengan Negara Tetangga

Produktivitas padi di China memang lebih tinggi dibandingkan Indonesia, tetapi Indonesia masih berada di atas Vietnam dan Thailand. Khudori mencatat bahwa produktivitas yang tinggi di China sebagian disebabkan oleh penggunaan benih padi hibrida, yang masih belum banyak digunakan di Indonesia.

Isu Biaya Usahatani di Indonesia

Biaya usahatani yang tinggi di Indonesia, khususnya untuk sewa lahan dan tenaga kerja, menjadi salah satu faktor yang menjadikan harga padi dan beras di Indonesia kurang kompetitif dibandingkan dengan Thailand atau Vietnam. Khudori mempertanyakan apakah teknologi dari China dapat menurunkan biaya-biaya tersebut.

Pentingnya Inisiatif Lokal dalam Pertanian Padi

Rencana introduksi teknologi pertanian dari China seharusnya menjadi pemicu bagi para ahli, petani, dan pihak terkait di Indonesia untuk meningkatkan sektor pertanian padi. Khudori menyarankan agar inisiatif lokal terus didorong.

Pengembangan Ekosistem untuk Benih Berkualitas

Khudori juga menekankan pentingnya pemerintah dalam membangun ekosistem yang mendukung berkembangnya benih berkualitas, termasuk penetapan harga yang rasional. Tanpa harga yang sesuai, pasar bisa dibanjiri oleh benih ‘abal-abal’ yang merugikan petani.

Dalam rangka mencapai swasembada beras, Indonesia perlu mempertimbangkan secara matang segala aspek dalam transfer teknologi pertanian dari China, termasuk adaptasi teknologi, kondisi iklim, dan keterlibatan ahli lokal. Selain itu, peningkatan kualitas benih domestik dan efisiensi biaya usahatani juga menjadi faktor penting dalam persaingan pasar padi global.